Selasa, 11 Maret 2014

"Aku Anak Rohis Bukan TERORIS"



“ROHIS BUKAN TERORIS”
Baru-baru ini kita digemparkan dengan pemberitaan di  salah satu televisi nasional bahwa pola perekrutan teroris dianggap berawal mula dari organisasi keislaman di sekolah, seperti ROHIS. Hal ini sungguh sangat mengejutkan banyak pihak, termasuk para remaja aktivis rohis. Organisasi Rohis dengan sengaja dikondisikan seperti wadah untuk membentuk bibit-bibit baru teroris muda. Hal ini merupakan upaya kaum barat untuk menjauhkan para remaja saat ini dari pemahaman islami. Karna, apabila para remaja sudah mengerti tentang pemahaman islami, sudah dapat dipastikan bahwa perubahan akan segera terjadi,  yaitu berdirinya KHILAFAH kembali di muka bumi ini.
Dengan adanya pemberitaan seperti ini, akan membuat takut orang tua serta guru-guru agar mewanti-wanti  setiap muridnya ketika mengikuti organisasi keislaman di sekolah. Padahal dengan adanya organisasi keislaman di sekolah, dapat mebuat remaja rohis menjadi lebih dewasa dalam menghadapi masalah.  Remaja rohis juga akan menjadi teladan yang baik bagi teman-temannya. Dengan kajian rohis pulalah aktivis remaja saat ini mampu membentengi dirinya dalam berperilaku dan bergaul.
Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) mengopinikan bahwa  terorisme yang telah terjadi selama ini merupakan hasil dari pembinaan ekstrakurikuler sekolah yang berbau islami. Maka, BNPT menghimbau agar seluruh lapisan masyarakat berhati-hati dengan kegiatan keislaman tersebut. Dalam penyiaran berita tersebut, disebutkan ada 5 pola rekrutment teroris muda.
Seperti :
a.       Sasarannya siswa SMP akhir  dan SMA akhir dari sekolah-sekolah umum.
b.      Masuk melalui program ekstrakulikuler di masjid-masjid sekolah.
c.       Siswa/siswi yang terlihat tertarik kemudian diajak diskusi di luar sekolah.
d.      Dijejali berbagai kondisi sosial yang buruk, penguasa korup, dan keadilan yang tidak seimbang.
e.      Dijejali dengan doktrin bahwa penguasa adalah toghut, kafir dan musuh.

Semua pernyataan diatas membuat miris hati dari para aktivis rohis di sekolah mereka masing-masing. Poin-poin yang telah disebutkan diatas sama persis seperti apa yang mereka lakukan di sekolah mereka. Hal ini membuat para aktivis itupun menentang dengan apa yang sudah dinyatakan.

Menurut Nurmayda Rusmianti  salah satu aktivis organisasi keislaman di SMK NEGERI 1 Sangatta Utara memaparkan bahwa apa yang sudah diopinikan dan diberitakan itu tidak sesuai dengan apa yang ia alami selama mengkaji islam. Hal ini dikarenakan faktanya yang ia rasakan selama ia mengikuti kajian tersebut, ia menjadi semakin taat kepada orang tua, semakin peduli terhadap saudara sesama muslim, lebih kritis dalam menghadapi masalah, dan selalu berusaha agar tetap istiqomah di jalan ke benaran.

Bukan tidak hanya Nurmayda tadi yang menentang keberatan atas pemberitaan tersebut, ada banyak aktivis rohis lainnya yang menyatakan keberatan atas pemberitaan tersebut,selain itu mantan wartawan televisi  juga menyatakan bahwa pemberitaan tersebut sudah direncanakan.adanya isu bohong itulah  yang membuat mantan wartawan televisi tersebut mngundurkan diri dari pekerjaannya. Selain itu ia juga menyebutkan bahwa ada 4 orang wartawan yang berperan  dalam isu soal agama ini, dan  setelah ditelaah, wartawan itu semuanya non muslim. inilah yang seharusnya dipahami oleh masyarakat banyak agar lebih mengkritisi lagi berita yang ada. Agar tidak terbodohi oleh produk-produk penyesatan kaum non muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar